Minggu, 15 Mei 2011

"As A Man Thinketh" by James Allen (part 2)

“Seseorang tidak akan melakukan hal-hal yang memabukkan atau kejahatan karena tirani nasib atau keadaan, namun itu terjadi karena pikiran buruk dan nafsu rendah.”
Ini berarti sesulit apapun keadannya, itu bukan alasan yang sesungguhnya untuk berbuat kejahatan, kan? Misalnya, kemiskinan. Banyak orang menyalahkan kemiskinan atas terjadinya kejahatan, misalnya seperti perampokan/pencurian. Itu semua ada di dalam kepala mereka. Jika mereka tidak berpikir untuk mencuri, mereka tidak akan mencuri. Buktinya, para pejabat yang sudah kaya masih saja merampok uang rakyat. Berarti memang tidak ada hubungannya dengan keadaan atau nasib. Semua orang bisa melakukan kejahatan jika di dalam kepalanya tersemat pikiran jahat atau buruk.

“Keinginan dan doa kita dijawab hanya jika keinginan dan doa itu berjalan harmonis dengan pikiran dan tindakan kita.”
Kurasa ini yang disebut sunatullah (sebab akibat) selain berdoa, kita juga harus berikhtiar. Harus tetap berusaha. Dengan begitu cita-cita yang ingin kita raih akhirnya akan tercapai. Yang pasti, jangan menyerah walaupun sesulit apapun keadannya.
Tapi sebenarnya tidak gampang untuk menjaga pikiran kita tetap bersih. Misalnya, mengenai prasangka terhadap orang lain. Aku punya pengalaman ketika naik angkot dan tiba-tiba angkot itu dinaiki oleh beberapa copet. Jelas, setelah kejadian itu membuatku trauma dan selalu mncurigai siapa saja yang tidak berpakaian rapih yang naik angkot adalah copet. Kadang-kadang aku mengalami perdebatan sengit antara pikiran buruk dan pikiran baik dan agak kewalahan untuk menenangkan pikiranku, membuang perasaan takut dan berpikir bahwa orang-orang itu hanyalah penumpang biasa. Itu mungkin adalah contoh sederhana bagaimana pikiran buruk bisa menyebabkan rasa takut yang berlebih, ketidaktenangan, dan prasangka buruk terhadap orang lain.

“Seseorang bisa saja jujur dalam hal tertentu, namun justru menjadi miskin. Orang lain bisa saja tidak jujur dalam hal tertentu, namun justru mendapatkan kemakmuran.”
“Orang yang tidak jujur barangkali memiliki beberapa kebaikan mengagumkan yng tidak dimiliki orang satunya. Dan orang yang jujur punya kejelekan yang tidak dimiliki yang lain.”
Ini berarti, orang yang tidak jujur tidak selamanya rusak dan orang yang jujur tidak selamanya baik, ya kan? Ini mengingatkanku pada novel Sam Bourne yang berjudul “The Righteous Men”. Cerita ini berakar pada beberapa fakta kunci. Salah satunya adalah legenda lamad vav, mengenai 36 manusia luar biasa yang kebaikannya menjaga dunia tetap berdiri. Dalam novel ini diceritakan orang-orang sadik (benar) yang dari pekerjaannya melakukan hal-hal yang buruk, tetapi pada suatu ketika ia melakukan sesuatu hal yang paling benar yang mengagumkan. Jika kalian membaca novel ini, kalian akan mengerti.

Apakah dalam hidup ini kita mempunyai tujuan? Duniawi? Atau akhirat?
“Apapun tujuan itu, kita harus memfokuskan pikiran kita pada objek yang telah kita tentukan. Kita harus membuat tujuan itu sebagai tugas agung kita dan mencurahkan seluruh diri kita untuk mewujudkannya, serta tidak membiarkan pikiran kita melenceng ke khayalan, keinginan, dan imajinasi sesaat. Itulah jalan bagi kita untuk bisa mengendalikan diri dan benar-benar berkonsentrasi pada pikiran kita. Bahkan seandainya kita gagal dan gagal lagi meraih tujuan kita (karena memang begitukah seharusnya hingga kelemahan kita bisa kita taklukan), karakter kuat yang terbentuk akan menjadi pengukur kesuksesan yang sebenarnya, dan akan menjadi titik pijak bagi kekuatan dan kejayaan di masa depan.”
Mungkin ini akan menjadi masalah bagi seorang pengkhayal. Dia akan kesulitan mengenai mana yang harus diwujudkan dan mana yang harus ditinggalkan karena hanya mengandung kekosongan. Seorang pengkhayal cenderung tidak melakukan apapun untuk mimpinya, hanya berdiam diri dan menikmati khayalannya. Berkhayal berbeda dengan Bermimpi. Mimpi adalah cita-cita yang mempunyai harapan untuk diwujudkan, sedangkan khayalan hanyalah harapan kosong. Khayalan seringkali membuat kita lemah, dan menghancurkan fokus kita pada tujuan yanng sebenarnya. Khayalan itu membuat kita lelah ketika kita kembali memasuki dunia nyata. Sangat tidak berguna dan mungkin akan membawa kita pada kehancuran mentalitas jika sudah sangat tidak terkendali.

Buku ini sudah sangat mendetail dalam setiap penjelasannya dan sangat mudah dicerna. Tulisan ini hanyalah buah pikiran saya ketika membaca buku James Allen ini dengan beberapa kutipan.
Dan, pada akhirnya,
“Dunia adalah kaleidoskop kita, dan segala keanekaragaman warna yang tersedia di hadapan kita pada setiap saat adalah gambar-gambar pikiran kita yang selalu bergerak yang diatur secara elok.”

"As A Man Thinketh" by James Allen (part 1)

    Aku ingin membahas tentang buku ini. Ini adalah buku motivasi yang paling bagus yang pernah aku baca. Buku ini tentang kekuatan pikiran, bagaimana kita mengolah pikiran kita. Pokoknya ini buku yang keren.
    Pertama kali baca buku ini, aku langsung menutupnya, tidak mau membacanya karena kalimat pertamanya. Lalu ketika kedua kalinya aku mencoba untuk membacanya, aku melewatkan bagian itu. Aku membaca terus, dan tebak…….buku ini sangat hebat!
    Ada beberapa bagian yang aku rasa―kok aku banget ya? Kok kayaknya sifat yang kayak gini mirip aku banget? Rasanya seperti tertampar keras. Banyak hal-hal yang tidak berguna yang aku lakukan selama ini.
    Aku tau bahwa pikiran positif dan negatif akan berpengaruh pada kehidupan kita, entah itu lahiriah atau batiniah. Tetapi James Allen menjelaskan dengan sangat mendetail tentang itu semua.
Berikut adalah beberapa kutipan dari buku “As A Man Thinketh”.

“Kita adalah tuan bagi pikiran kita, pembentuk karakter, dan pembuat serta pembentuk kondisi, lingkungan, dan nasib.”
“Karakter yang luhur dan mulia tidak tercipta begitu saja, namun merupakan hasil dari pergulatan yang terus menerus dan dari pikiran yang benar, akibat dari persekutuan dengan pikiran mulia.”
    Jadi, kita harus berusaha menanamkan pikiran-pikiran yang baik setiap saat. Memang tidak mudah. Di saat keadaan sedang kacau, sangat sulit untuk mengendalikan pikiran agar tetap tenang. Apalagi konsentrasiku sangat mudah pecah oleh hal-hal yang sebenarnya tidak penting. Sangat sulit untuk mengendalikan pikiran dan membuang semua pikiran kotor dan tidak bermanfaat. Ini mungkin membutuhkan proses yang panjang, tapi kalau berusaha pasti bisa. 

“Dalam perjalanan kehidupan kita, tidak ada yang disebut elemen kebetulan.”
    Wah, pernyataan ini dalem banget nih. Memang menurutku juga seperti itu. Tidak ada yang kebetulan dalam hidup ini. Misalnya, dalam soal jodoh. Ketika kita mendapatkan jodoh yang baik, ini bukan berarti sebuah kebetulan atau keberuntungan. Di Al-Qur’an jelas disebutkan bahwa laki-laki yang baik akan mendapatkan perempuan yang baik pula, dan juga sebaliknya. Kalau kita mendapat jodoh yang tidak baik, mungkin kita harus bercermin, apakah diri kita sudah baik? Oke, aku bukan ahlinya dalam menjelaskan ini. Ini hanya pengertian yang kutangkap dari kutipan kalimat James Allen dalam bukunya. Mungkin kalian bisa menggunakan pengertian atau contoh lainnya.

“Jiwa menarik hal-hal yang diam-diam dilabuhinya, yang dicintainya, dan juga yang ditakutinya. Jiwa menggapai ketinggian aspirasi yang dipuja-pujanya, dan jatuh ke tingkat nafsunya yang terendah―dan keadaan adalah cara yang digunakan jiwa untuk menerima dirinya.”
    Aku masih tidak mengerti dengan pernyataan ini. Mungkin maksudnya seperti orang yang telah melakukan kesalahan dan ketika ia menyadarinya, ia tidak ingin mengubah keadaannya atau terlalu nyaman dengan keadaannya sekarang, sehingga ia tidak punya kemauan untuk mengubah keadaannya. Ia mungkin berpikir tidak apa-apa ia menjadi seperti itu karena kondisi atau keadaan tertentu.
    Ini adalah contoh dari James Allen yang mungkin akan membuat kita lebih mengerti lagi.
“Marilah kita lihat seorang laki-laki yang sangat miskin. Ia sangat ingin sekelilingnya dan kenyamanan rumahnya ditingkatkan, namun setiap waktu ia melalaikan pekerjaannya dan mnjustifikasi dirinya bahwa tidak mengapa menipu majikannya karena gajinya kurang. Orang seperti itu tidak paham dasar paling sederhana dari prinsip-prinsip yang merupakan basis bagi kemakmuran yang sesungguhnya. Orang seperti itu sama sekali tidak cocok untuk keluar dari kemelaratannya, bahkan ia menarik dirinya jauh lebih dalam ke lembah kemiskinan, dengan berpikiran negatif, penuh tipu daya, dan malas.”
    Ketika membaca ini, wah, ini benar-benar membuatku bercermin. Apakah kalian juga berpikir seperti itu ketika membaca ini? Itu jika kalian merupakan orang yang malas. Dan aku mengakui, aku agak sedikit pemalas dan berusaha untuk memperbaikinya.
    Jadi, apakah kita harus berhati-hati dengan jiwa kita sendiri? Tentunya kita harus menjaga jiwa agar tidak jatuh cinta dengan hal-hal yang tidak baik.
    Buku ini selalu mengingatkan kita bahwa untuk mencapai kebenaran atau kebahagiaan, kita akan selalu menghadapi rintangan. Tidak mudah, bahkan mungkin sangat berduri. Itu tergantung dari kita. Apakah kita mau sabar dan terus berusaha dengan sangat keras untuk mencapainya, ataukah kita akan berdiam diri dan menerima keadaan kita begitu saja tanpa ingin mengubahnya karena takut akan terluka ketika menginjak jalan yang berduri? Anda yang memutuskan!.

Selasa, 10 Mei 2011

Yang Tersisa Dari Kematian Park Yong Ha

ASIANplus Edisi 383 - In Memoriam

Dunia hiburan Korea di sana masih berkabung atas meninggalnya aktor sekaligus musisi Park Yong Ha. Setelah mengulas bagaimana Yong Ha meninggal dunia beserta penyebabnya di edisi lalu, kali ini kami hadirkan beberapa cerita yang mengiringi kepergian sang idola.

SO JI SUB BIAYAI PEMAKAMAN, RYU SI WON MENYESAL
So Ji Sub Artis Pertama Yang Datang Ke Rumah Duka


Ketika Park Yong Ha ditemukan tewas gantung diri di kamar apartemennya pada 30 Juni lalu, selain menghubungi polisi, keluarga Yong Ha juga menelpon sahabat baiknya, So Ji Sub. Maklum, Ji Sub adalah sahabat dekat Yong Ha.

Ketika jenazah Yong Ha selesai diotopsi di rumah sakit dan dibawa ke rumah duka, Ji Sub adalah artis pertama yang datang ke sana pada pagi hari. Dengan mengenakan setelan hitam, kedatangan Ji Sub langsung diabadikan oleh para wartawan yang sudah menunggu di sana.

Kilatan kamera tak henti-hentinya menyambar wajah Ji Sub yang tampak sedih dan muram. Saat masuk ke rumah duka dan menuju ruangan tempat jenazah Yong Ha dibaringkan, Ji Sub sempat tampak sesenggukan dan sering menyeka air matanya.


Sering Menangis Sendiri

Karena masih shock dan tidak percaya jika sahabatnya telah tiada, tak jarang Ji Sub tiba-tiba menangis sendiri di dalam ruangan. Matanya pun terlihat sembab. Di antara para artis yang datang ke rumah duka, Ji Sub mungkin satu-satunya orang yang paling terpukul dengan kepergian aktor serial Winter Sonata ini.

Sementara itu, manajemen Yong Ha ikut memberikan ucapan belasungkawa kepada keluarga Yong Ha. “Kami percaya bahwa Park Yong Ha akan selalu bersinar di sisi kami... Kami tidak akan bisa melihatnya lagi, tapi kami berjanji akan selalu berdiri dan mencintainya untuk selamanya,” kata Lee He Jung, perwakilan dari manajemen YONA Entertainment.

Yong Ha, Ji Sub, dan Song Seung Hun adalah sahabat dekat. Saking dekatnya, mereka sudah seperti saudara sendiri. Ji Sub bertemu dengan Yong Ha ketika sama-sama liburan dan sejak itu mereka berteman baik. Yong Ha mengajari Ji Sub banyak hal, mulai dari main game PC Star Craft, mengenalkannya dunia otomotif, hingga snowboarding.


Kamis, 28 April 2011

A Tribute To Park Yong Ha

分享

FacebookPlurkYAHOO!

Thank you, Ahjumma, ladyusagi, Daiji, just a lady, Francine, and other visitors for leaving messages. It's comforting to know it is not just myself who feels sad. Today I somehow thought of him becoming a star in the sky, like most stories would tell you, and when I was driving to work, while peeking at the blue sky, I want...ed to cry already. I didn't look at the sky since. Every time I look up at the sky, I feel I need to numb myself a bit. I still can't believe he's gone. Tonight, I watched the concert clips that kitty uploaded. It's such a loss. I was watching the performance of ths songかけがえのない人 which means The Irreplacable Person. He is irreplaceable. His smiling eyes and glorious smile have always been charming. And now we could only remember him through those past works. In Hong Kong, once upon a time, there was a very famous singer/actor called Leslie Cheung. Many Koreans know him and he also committed suicide but at the age of 46 and because he was depressed. It was probably his worry of declining popularity with age that caused him to jump to his death from the 24h floor of the Mandarin Hotel. His being gay didn't have anything to do with it. I wasn't his music fan but I watched quite a lot of his movies. That feeling was totally different from this one. Because I wasn't a devout fan, it was a sense of pity. This one is a sense of deep loss. Sigh. Anyway, I don't watch Leslie's works or listen to his work anymore and I hope this would never happen to Park Yong Ha for me. But could you imagine the guts it took to step out of the window to fall 24 stories down. In my recent training, I learnt that strangulation takes 7-15 seconds to a minute to render someone unconscious depending on how much force it took and death ensues in a matter of minutes. Park Yong Ha must have calculated that before. Sorry, this was grisly. And of course, suicide seems to be a way out for most men when everything looks desperate. The suicide rates in Japan and Korea both top the Asian countries in the developed world. See list here. If only Park Yong Ha had some help in his company and financial troubles and if only he had time off to look after his father, he would still have been here. Everyone, don't push yourself so hard. If you need help, do call for help from those near you. Life is too short already. Thanks for listening to me writing on and on.

"Green Garden"

Kenapa judulnya “Green Garden”?
Jawabannya simple. Karena aku sangat mencintai tempat ini. Satu-satunya tempat yang bisa kusebut sebagai “Home Sweet Home”. Tapi aku sudah nggak berada di tempat itulagi. Yah, ibuku memutuskan untuk pindah ke tempat asing ini satu tahun yang lalu dan sampai kapanpun aku nggak akan bisa menyebut tempat asing ini sebagi Home Sweet Home.
Dulu, sewaktu pertama kali pindah ke tempat asing ini, aku selalu ingin kembali ke Green Garden, bahkan sempat terbesit dalam pikiran aku ingin membeli kembali rumahku yang dulu.
Tapi setelah meninggalnya sahabatku, semuanya berubah. Walaupun aku sangat mencintai tempat itu dan teman-temanku, aku nggak bisa kembali lagi ke sana. Sekarang yang tersisa dari tempat itu hanyalah kesedihan. Aku nggak bisa lagi bertemu dengan sahabatku. Kalau aku ingat Green Garden, aku akan teingat sahabatku dan itu sangat menyayat hatiku.
Aku selalu teringat keceriannya yang selalu membuatku tertawa setiap bertemu dengannya, kedewasaannya yang selalu membuatku tertegun, kemandiriannya di saat ia tak lagi punya orang tua, ketegarannya dalam menghadapi penyakitnya. Dian-diam aku selalu mengagumi sosoknya. Dan aku nggak pernah sekalipun menang kalau berdebat dengannya.
Aku hanya masih belum percaya ia telah tiada.
Tempat itu “Green Garden” penuh dengan kenangan indah dan aku nggak mau merusaknya dengan kenangan yang menyedihkan. Mungkin untuk saat ini aku nggak mengunjungi tempat itu sampai kesedihan tentang sahabatku hilang.

Minggu, 03 April 2011

Penulis Favorit

Sampai hari ini aku masih membaca ulang “Lord of The Rings.” Mungkin inilah novel yang paling aku suka dan nggak akan pernah bosan ketika membacanya. Tapi sebenarnya dari seri LOTR ini, justru aku paling suka dengan prequelnya, “Isildur”, meskipun bukan J.R.R. Tolkien yang yang mengarangnya.
Aku suka cerita dan gaya bahasa Tolkien (apakah aku harus memanggilnya profesor?) yang berwibawa dan sopan. Sangat berkelas (seenggaknya bagiku). Walaupun peperangan antara manusia dan orc berlangsung keji dan mengerikan, tetapi dengan bahasa Tolkien, semua itu menjadi tidak terasa begitu mengerikan karena dikemas dengan bahasa yang sangat berwibawa.
Aku bertanya-tanya, apakah semua orang eropa mempunyai kesan berwibawa seperti Tolkien? Aku rasa mereka memang terlihat lebih berwibawa daripada orang Amerika yang sok.
Untuk novel atau buku-buku dari luar negeri, aku lebih suka kalau pengarangnya itu adalah pria dibanding penulis wanita. Itu karena gaya bahasa pria lebih halus dan mungkin lebih puitis untuk (beberapa penulis) daripada wanita,dan…terasa lebih romantis (kalau memang itu cerita romantis). Tapi…bisakah kamu membayangkan romantisnya versi luar negeri? Kakakku adalah orang yang suka dengan cerita romantis. Ia membeli beberapa (nggak banyak sih) buku romantis dari luar negeri. Kakakku bilang itu buku yang romantis, dan aku, sebagai pelahap buku, penasaran dan mulai membacanya. Tau apa yang terjadi ketika aku membacanya? Ya Tuhan…buku-buku itu membuatku mual. Aku nggak mau membaca buku-buku seperti itu.
Kita kembali ke tentang penulis pria dan wanita dari luar negeri. Aku merasa gaya bahasa penulis wanita dari luar negeri lebih kasar dan terasa seperti lebih memakai emosi daripada perasaan. Ini membuatku heran. Bukankah wanita itu lebih sensitif dan lembut daripada pria? Atau memang semua wanita barat seperti itu? Aku rasa tidak. Aku suka Stephanie Meyer. Setiap novelnya, seperti Twilight dan The Host, ditulis dengan lembut dan sangat berperasaan (walaupun sebenarnya aku nggak suka The Host. Maaf, aku nggak suka dengan akhir ceritanya. Menggantung dan merupakan akhir yang menyebalkan).
Lain dengan penulis wanita di Indonesia. Mereka bisa memainkan emosi si pembaca ketika membaca buku mereka. Sebut saja Dewi Lestari dan Asma Nadia (dua penulis favoritku). Aku begitu terkesima dengan novel “Perahu Kertas”. Novel dengan cerita yang sederhana, tetapi dikemas dengan bahasa yang anggun dan cukup menguras emosiku. Sangat romantis (catat itu) dan juga terselip semangat untuk nggak menyerah dengan apa yang kita impikan, betapapun mustahilnya itu.
Sedangkan Asma Nadia, bahasanya sangat ringan dan…apa yah…mungkin bisa dibilang sangat terus terang. Maksudnya sangat menuju sasaran. Setiap tulisannya selalu memberikan pelajaran yang sangat berharga kepada para pembacanya. Itulah yang kumaksud dengan “sangat terus terang dan menuju sasaran”. Asma Nadia selalu menulis buku yang bermanfaat bagi banyak orang. Uang bukanlah tujuannya. Ia pernah berkata ketika aku mengikuti workshop menulisnya, bahwa ia tidak akan menerbitkan buku sebelum ia yakin betul kalau buku itu bermanfaat untuk orang-orang yang membacanya.
Aku terbiasa banyak membaca buku-buku dari luar negeri yang bahasanya lebih berat. Ketika pertama kali membaca buku Asma Nadia “Emak Ingin Naik Haji”, bahasanya sangat ringan, tetapi justru malah aku nggak mengerti. Aku mambacanya sekali lagi, dan akhirnya aku tau mengapa banyak orang yang menyukai buku-bukunya. Hmm…bagaimana ya menjelaskannya. Susah untuk diungkapkan dengan kata-kata selain buku-bukunya selalu memberikan manfaat yang positif dan mengandung pelajaran berharga.

Kamis, 31 Maret 2011

Dream

Hujan deras meleraikan setiap helai hati yang tercabik.
Bilamana senja datang, akankah keindahannya menerangi sang jiwa?
Mampukah sang hujan memadamkan api yang membakar emosi?
Wahai pelangi surga, cahayamu bak permadani indah menyusuri relung langit, memberi atap setiap harapan jiwa, menerbangkannya menuju Sang Raja dunia, Maha Pengabul Doa.
Terwujudlah, wahai mimpi indah.
Agar aku bisa menebarkan wewangian kebahagiaan untuk jiwa-jiwa yang menangis...